Kebaikan dan Ketulusan


Siang - siang pas bulan puasa, scroooooll tiktok nih pas lagi istirahat, nemu video yang bagus maknanya. Jadi tentang kebaikan dan ketulusan, sekilas dua kegiatan ini saling berhubungan tapi ternyata tak selalu, mereka terlihat saling berdampingan tapi tidak juga. Orang yang melakukan kebaikan sering bertujuan atau mengharapkan untuk membuat orang lain dan dirinya senang dan bahagia, kebaikan ini tak serta merta selalu didampingi dengan ketulusan , karena ketulusan itu adalah hanya saat berbuat kebaikan itu sendiri.

Ini relate banget sama apa yang terjadi dalam hidupku sendiri beberapa tahun ke belakang dan saat saat sekarang. Inget banget, dulunya aq suka banget random bikin kejutan buat orang orang terdekat, ya saat itu mikirnya adalah ya pasti mereka senang lah dikasih kejutan, disaat melakukan kebaikan itu dulu ada harapan dan ekspektasi bahwa yang diberikan kejutan pas ulang tahun, atau ngajak makan adikku makanan kesukaannya itu tu bikin mereka happy dan inginnya mereka pasti happy, tapi saat terjadi, ternyata sering diluar ekspektasi, kayak adek yang pas diajak makan taunya udah makan, atau udah janjian sama temen, atau orang yang dikasih kejutan ternyata malah bingung dari siapa dan bikin pusing orang lain. Dan ternyata seringkali ada terbersit rasa kecewa ketika kita melakukan kebaikan tapi ternyata hasilnya gak sesuai dengan yang kita inginkan.

Dulu aq yang muda(uhuuuuyyy), gak ngerti kayaknya kenapa ketika berbuat kebaikan tapi hasilnya adalah kekecewaan, ternyata itu karena ketulusan itu sendiri tidak diajak saat melakukan kebaikan, bukan berarti tidak baik. Melakukan kebaikan adalah hal yang baik, tapi disertai ketulusan tentu lebih baik. Lebih seperti tidak menggantungkan ekspektasi kita kepada orang lain dengan perbuatan yang kita lakukan. Dan tidak mengharapkan imbalan atas kebaikan yang kita lakukan pasti lebih menenangkan. Karena kita melakukan kebaikan hanya karena kita tulus ingin berbuat baik kepada siapapun dan kapanpun.



Pendidikan Sebagai Cita-Cita Tak Berbatas Usia

Bapak ibu adalah orang Yogya asli yang bertransmigrasi ke Bangka Belitung karena ditugaskan disana sebagai PNS. Dulunya mereka tidak bisa memilih akan ditempatkan di daerah mana, ketika penempatan ditetapkan maka akan di alokasikan langsung ke daerah penempatan dan tentu saja itu bukan di kota, tapi di daerah daerah terpencil. Pada masa itu bapak adalah lulusan SGO( Sekolah Guru Olahraga) dan ibu lulusan SPG(Sekolah pendidikan guru) , jadi jaman dulu itu setara dengan SMA pada saat sekarang. Kalau pernah dikisahkan, mungkin ini berat untuk bapak ibu yang tinggal di yogyakarta dan serba ada tetapi harus pindah ke daerah terpencil untuk mengabdi yang alhamdulillah mereka benar benar menjalani pengabdian itu sampai masa pensiun dengan penuh totalitas.

Kami tinggal di sebuah desa dan sekolah di SD negeri yang cukup baik kala itu, SDN yang terbaik di desa itu karena memiliki fasilitas yang cukup baik dari segi lingkungan dan ruang sekolahnya. Bapak mengajar di SD yang sama tempat kami sekolah sedangkan ibu di sekolah yang berbeda tapi tak jauh dari lingkungan kami tinggal. Berasal dari orang tua yang bukan penduduk asli, membuat kami berbeda dengan anak anak yang lain, kemampuan beradaptasi dan berani sepertinya sudah dilatih sejak kami kecil. Dari SD saya dan adik kakak sudah sering diikutkan dalam lomba lomba yang diselenggarakan oleh sekolah, membaca buku juga adalah kegiatan sehari hari yang sering kami lakukan. masa kecil kami nampak seperti cerita pada buku-buku pelajaran SD😂.

Sebagai perantauan, kami tidak sering mudik, tapi setiap mudik, selalu ada pengalaman yang diajarkan orang tua kepada kami. Saya masih ingat, bagaimana kami mudik menggunakan kapal untuk sampai ke jakarta yang menempuh waktu 24 jam. Dulu pesawat memang sudah ada, tapi tidak segampang seperti saat sekarang. Dari jakarta kemudian kami menggunakan bus untuk sampai ke jogja. Semakin besar, kamipun mencoba mudik menggunakan berbagai macam transportasi baik menggunakan kereta, dari mulai ekonomi sama executive. Percayalah kawan, butuh moment mudik untuk menikmati semua pengalaman itu hihi, lalu barulah kami mudik mulai menggunakan pesawat, setiap mudik bapak ibu selalu memberikan pilihan untuk kami mencoba transportasi yang belum pernah kami naiki.

Kalau bicara soal pendidikan, orang tua kami sepertinya membuat itu seperti hal yang paling utama di hidup anak anaknya. Sejak SMP kakak tertua saya sudah harus berpisah dari kami untuk hidup ngekos dan pulang 1 minggu sekali, agar bisa sekolah di salah satu SMP di kota, tidak terbayang rasanya bagaimana anak sekecil itu sudah berpisah dari orang tuanya, belajar untuk mandiri memperjuangkan pendidikannya.

Saat kelas 3 SD orang tua kami juga membuat rumah di kota, dengan tujuan anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang lebih baik, dan rela setiap harinya pulang pergi dari kota ke desa menempuh jarak 30 menit dalam 1 kali perjalanan. Jangan membayangkan jalanan kota seperti yogyakarta ya hehe, karena jalanan yang dilalui adalah aspal yang kanan kirinya adalah hutan belantara dan diselingi beberapa desa, dan sudah mereka jalani selama 35 tahun lebih hingga kami dewasa.

Kalau saat ini saya bercerita, saya mungkin bisa membayangkan betapa orang tua saya sangat gigih dalam memperjuangkan pendidikan anak anak bahkan pendidikan beliau beliau sendiri. Sebagai orang tua bekerja, memiliki 3 anak, bapak ibu masih terus melanjutkan sekolahnya, saya ingat dulu beberapa bulan sekali bapak ibu harus ke palembang untuk menempuh ujian, dimulai dari pendidikan DII , DIII bahkan sampai saya SMA bapak ibu kuliah S1.Jadi tak heran jika pendiidkan sampai kuliah adalah hal wajib yang harus kami jalani sebagai anak-anaknya tanpa terkecuali. beliau berdua adalah panutan bagi kami anak-anaknya.

Bukan hanya soal pendidikan formal, bapak ibu juga mendukung bakat bakat kami di bidang lainnya asal tetap bertanggungjawab pada sekolah. Seperti adik yang suka melukis, diasah kemampuannya dengan dilengkapi alat alat yang menunjang, kakak yang suka memasak dan mengikuti lomba di antar jemput untuk melakukan praktek di sekolahnya hampir setiap hari. Kami sepertinya dibebaskan untuk berani mengambil keputusan asal berani menggung resikonya. Pernah ada kejadian saking pengennya ngeband di kelas 3 SMA sampai nilai raport urutan ke 25, bapak ibu gak marah, cuma waktu itu deg degan dipanggil ke meja makan😂😂. 

Dulu saat udah mau kuliah,bapak bahkan membuat rapat dengan para wali murid agar kami para siswa bisa mengikuti ujian mandiri untuk masuk UGM dengan biaya yang agak minim, iya UGM kampus yang menjadi cita cita banyak orang, untuk test saja kami harus datang langsung ke jogja yang mengeluarkan biaya cukup banyak kala itu. Apakah masuk? tentu tidak 😂😂, tapi mudah mudahan ya bisa menempuh pendidikan disana, amiin.

2008, berangkatlah saya ke Yogyakarta untuk kuliah, sendiri. yup sendiri tanpa diantarkan orang tua, dan bukan hal yang istimewa sebenarnya, karena mendaftar sekolah seorang diri itu sudah dilakukan sejak SMP. Sampai dijogya bukan main herannya, bertemu banyak orang dari berbagai macam suku dan daerah, sangat terheran heran, bahkan saya menyadari toleransi saya minim kala itu, merasa aneh jika orang berbeda dengan kita. Tapi ternyata bukan hanya belajar di perguruan tinggi saja ilmu yang kita dapatkan, tapi proses untuk menyelesaikan pendidikan itu sendiri berpengaruh dalam kehidupan  kita sehari hari.Di Yogyakarta saya mencari tempat kuliah sesuai dengan jurusan yang saya inginkan. kos dengan teman teman dari berbagai daerah dan berbagai jurusan membuat saya semakin lama semakin maklum bahwa setiap orang itu berbeda dan dididik dengan pola asuh dan pola pikir yang bermacam macam. 

Perjalanan kuliah saya tidak selalu lancar, bahkan saya pernah pindah kuliah dari univ ke sekolah tinggi karena akreditasi jurusan yang saat itu masih C, orang tua saya memastikan saya aman untuk kedepannya. Tapi justru itu yang menjadi titik balik ternyata. Pindah PT ternyata membuat saya takut, takut ternyata sia sia, takut jika tidak lulus tepat waktu seperti rekan rekan saya lainnya, banyak ketakutannya saat itu.

Moment itu memantikkan diri saya unjuk berjuang lebih dari sebelumnya, saya mulai masuk organisasi, mulai mengatur target kuliah, dan berusaha menyeimbangkan diri antara organisasi dan kuliah, belajar mengenal diri saya sendiri😂😂.  Dulu awal awal kuliah ikut organisasi, presentasi di depan teman - teman sendiri aja langsung pengen ke toilet, siapa yang ngerti sekarang malah berkerja dengan jobdesk presentasiii teruss dan bertemu berbagai macam orang. lmu itu memang bisa didaptakan dari mana aja, memang gak harus dari pendiidkan formal, bagus juga kalau juga menjalani pendidikan informal. Tapiii percayalah, pendidikan itu mengajarkan kita tentang aturan, tentang toleransi, tentang manajemen waktu, yang menjadi bekal meminimalisir resiko yang kita hadapi dalam menjalani hidup.

Saat ini sudah 14 tahun ternyata saya di Yogyakarta, meninggalkan tanah kelahiran saya dan bersyukur dengan kehidupan yang sama miliki saat ini. Rasanya tidak mungkin kualitas hidup saya sebaik ini tanpa perjuangan orang tua saya dalam mengarahkan saya pada pendidikan yang lebih baik. Bahkan setelah menjadi ibu untuk 2 anak, saya menyadari betapa pentingnya pendidikan sebagai bekal kita menjalani peran individu agar dapat bermanfaat untuk orang orang disekeliling kita. Pendidikan itu patut untuk diperjuangkan sampai usia kapanpun.





Akhirnya Menyerah Dengan Keadaan !

Hari ini hari pertama kembali ke kantor, setelah 2 tahun kerja dari rumah. Rasanya...sangat menyenangkan haha. Jadi ceritanya saya mulai memutuskan untuk memadukan bekerja dari rumah dan dari kantor dengan porsi yang hampir sama. karena ternyata setelah 2 tahun menjalani wfh saya mulai merasakan kegelisahan yang memang mungkin dulunya sudah ada tapi saya masih bisa kendalikan. Menjalani 2 peran dalam 1 kantor ternyata membuat saya tidak fokus ketika menjalaninya sekaligus dengan peran saya sebagi ibu dan istri di rumah. Awalnya menyenangkan, kemudian berjalan 1 tahun sangat menyenangkan, tapi masuk ke tahun kedua, sepertinya mental saya cukup terganggu dengan pola seperti ini.

Sampai akhirnya saya memutuskan untuk mengakhirinya di tahun ini dengan tegas hehe, sebenarnya gak langsung berhenti, saya rasa saya cukup memberikan waktu untuk saya berpikir bagaimana kondisi saya sebenarnya. Saya coba menemukan diri saya kembali dengan merenung di akhir tahun, mencoba memberikan afirmasi positif di awal tahun, bahkan melakukan agenda perjalanan dinas untuk mencari diri saya kembali. Sebenarnya saya takut gak bersyukur dengan nikmat yang saya dapatkan saat ini, bekerja di rumah dengan bisa mendampingi anak anak adalah harapan ibu ibu pada umumnya.

Tapi kemudian saya refleksikan kembali ke diri saya, apakah dengan membersamai anak anak sambil bekerja, adalah yang paling tepat untuk kami saat ini? saya kembali merenung, mungkin itu tepat untuk kondisi 2 tahun yang lalu, tapi untuk kedepannya mungkin saya harus kembali ke zona tidak nyaman atas pilihan saya sendiri. Untuk lebih bertanggungjawab atas pekerjaan yang saya lakukan, untuk lebih fokus dengan peran yang saya jalani dan tentu untuk kesehatan saya sendiri.

Di rumah mungkin banyak hal yang selama ini tidak pernah terbayangkan, meeting dengan beberapa orang dalam waktu bersamaan, meeting sambil masak, mendampingi anak sekolah, mengajak si kecil bermain. Tapi saya menyadari semua itu hanya seperti angin lalu, tidak fokus pada setiap pekerjaannya,

Saya ingat sore itu, perjalanan dinas pertama pada tahun 2022, adalah jalan pertama saya meyakinkan pilihan , bahwa saya masih mau bekerja dengan tanggungjawab penuh di perusahaan ini atau harus bagaimana. Karena jujur saya 2 tahun ini saya merasa pekerjaan saya tidak maksimal, saya bisa menyelesaikan deadline tapi melewati proses yang ada, pada malam haripun walaupun seharian di rumah fisik saya rasanya lelah, pikiran saya rasanya berat, yang tentu saja berefek ke orang orang di rumah.

Saya adalah orang yang suka dengan ritme yang teratur, berfokus pada target dan merasa di berikan energi ketika bisa mencapainya, saya suka dengan jadwal yang sibuk, bisa berbagi peran diantara banyaknya peran tapi efektif serta berkualitas, dan perasaan senang ketika melewatinya tentu berimbas pada orang orang terkasih saya.

Jadi di pertengahan Januari ini saya menyerah dengan keadaan , mencoba mengambil langkah baru dengan pilihan saya sendiri dengan mempertimbangkan resiko yang ada, hari ini energi saya sudah mulai naik, walaupun baru 1 hari, bismillah untuk hari hari selanjutnya...

Gigi Lepas Bisa dipasang Lagi

Haloo haloo kali ini saya bakal berbagi cerita soal gigi. Dari judul udah kelihatan kan ya mau bahas apa? yappp mau bahas soal gigi lepas yang bisa dipasang kembali. Lepas ya bukan patah hehe. Jadi ini pengalaman saya sendiri yang punya anak usia 2,5 tahun dan mengalami gigi lepas akibat jatuh. Awalnya memang pernah membaca soal gigi yang lepas bisa dipasang kembali waktu itu hanya sekedar baca karena lagi antri nunggu anak pertama buat cabut gigi. Kebetulan memang 2 bulan terakhir kami rutin ke dokter gigi karena anak pertamaku mulai mengalami masalah pada gigi, mulai dari gigi bolong sampai gigi yang tumbuh tetapi gigi serinya belum lepas, jadi kami cukup sering ke dokter gigi dimasa itu.

Sampailah suatu saat, waktu itu sikecil lagi dimasa yang memang agak sering mengatakan tidak, jadi memang kejadian saat itu selesai mandi si kecil tidak mau menggunakan batu, karena ketika dipaksa semakin memberontak, jadi saya biarkan saja dia dikamar setelah membalurkan minyak telon. Karena anaknya juga tidur tiduran, jadi saya pikir aman lah ya kalau ditinggal sebentar buat ngaduk kolak hehe.

baru 3 kali adukan tiba tiba anak saya yang kedua udah menangis dalam keadaan berbaring dibawah tangga, gak kepikiran sih itu anak jatuh dari tangga, tapi kayaknya kpleset. tapi si anak juga belum bisa menceritakan secara utuh gimana kejadiannya. Saat itu saya langsung bawa ke kamar karena saya kira hanya jatuh biasa. Tapi ternyata darah sudah menetes deras sepanjang jalan ke kamar. Saya segera ke wastafel untuk mencuci mulutnya dan sadar bahwa gigi depan bagian atas sudah tidak ada 1 dan 1nya patah.

Segera saya menghubungi praktek dokter gigi langganan untuk reservasi dengan kondisi gawat, alhamdulillahnya waktu itu sempat teringat dengan artikel yang pernah saya baca dan gak ada pikiran untuk bawa ke UGD tapi langsung ke dokter gigi. Dan suamipun mengingatkan untuk mencari gigi yang lepas. Saat itu sedikit panik, karena memangs epanjang dapur dan kamar tidak ada gigi, sayapun mencari ke wastafel dan panik karena di wastafel banyak sisa potongan ubi yang tadinya saya kolak, jadi putih semua. Alhamdulillahnya gigi ketemu dan ternyata panjang banget bookk, ada kali 1 cm lebih, pantes aja darahnya banyak banget.

Suami langsung keluarin mobil dan gigi segera ku amankan di dompet, udah g sempet mikir dan g berharap juga isi artikel tentang gigi yang bisa dipasang kembali itu benar, pikiran kemana mana , gimana kalau g bisa dipasang lagi dan sebagainya. Singkat cerita sampailah kami ke klinik dan menunggu kurang lebih 30 menit. Begitu bertemu dokter sayapun tidak minta untuk dipasang, aku hanya menceritakan kronologi dan kondisi anak dimana darah dari gusi tidak berhenti. Dokter segera menanyakan dimana giginya. sayapun menyerahkan gigi ke dokter.

Dokter segera merendam gigi tersebut ke suatu cairan, kemudian menyemprotkan dan membersihkan gusi dan tidak lama ternyata dokter memasang gigi anak saya kembali. Cuma memang tidak bisa saya katakan tidak sakit, karena gigi itu dimasukkan kembali ke lubang gusi dan ditekan beberapa waktu. Untungnya suami sayalah yang memegang anak kami jadi cukup kuat untuk menahan gerakan bayi. Disini saya bersyukur banget karena memang ternyata artikel yang saya baca tidak salah dan gigi anak bisa terpasang kembali. Karena ternyata karena gigi tersebut harusnya masih lama tumbuh barunya, jika gigi tidak terpasang maka suatu saat gigi yang akan tumbuh kebingungan mencari jalan untuk keluar.

Saya kira awalnya diberikan perekat agar tidak lepas tapi ternyata konsepnya gak gitu hehe, ternyata karena gusi masih berdarah maka secara otomatis nanti gusi akan mengikat gigi kembali hanya saja setelah pemasangan tidak dianjurkan untuk makan makanan yang keras, dokterpun memberikan antibiotik dan obat nyeri untuk kesembuhan dan pemulihan. Saya bahkan belum berani cerita setelah memastikan kembali benar gigi tersebut bisa terpasang dan berfungsi kembali, 2 bulan dari kejadian tersebut baru saya buat blog ini, saat ini kondisi gigi sudah bagus dan bisa digunakan untuk makan kembali. Dari kejadian tersebut mungkin beberapa hal yang bisa menjadi perhatian adalah sebagai berikut :

  • Rawat gigi, simpan gigi yang lepas dalam wadah yang bersih. dari artikel saya baca gigi bisa direndam dengan susu, tapi pada saat kejadian saya hanya menyimpan dengan tisue bersih.
  • Segera bawa ke dokter Gigi, paska kejadian jangan menunggu untuk dibawa ke dokter gigi karena jika terlambat besar kemungkinan gigi tidak bisa tersambung kembali apalagi jika luka sudah kering. Pada saat kejadian dari kejadian sampai gigi terpasang kurang lebih 40 menit dengan kondisi gusi masih berdarah segar
  • Perhatikan makanan anak, paska kejadian perhatikan makanan anak, karena gigi belum bisa berfungsi normal dan masih dalam masa pemulihan, maka anak tetap harus mendapatkan makanan bergizi. Berikan makanan yang lembut agar anak tidak trauma dalam mengunyah. Pada kondisi anak kami, lebih bisa makan makanan yang utuh seperti pasta, ikan, telur, jus. jika diberikan nasi lebih cenderung terasa sakit. mungkin ketika dikunyah nasi berada di seluruh area mulut sehingga mengenai gigi yang sakit.

Dan tentunya redakan rasa panik, karena jika panik keputusan lebih tergesa gesa dan membuat kita tidak bisa berfikir jernih, semoga bermanfaat ya, terima kasih😉.

#Excercise 4 ( ABC - Amati, Bayangkan, Cari Tahu)

 Haloo bunda bunda semua, udah ada yang pernah denger metode ABC belum ya? mungkin kita review sedikit ya, jadi metode ABC merupakan metode pendekatan untuk  diterapkan agar rasa ingin tahu anak semakin tinggi pada hal apapun disekitarnya. Sewaktu materi ke 4 di ibu mainSTREAM ini dijelakan, rasanya ini gak hanya berlaku untuk anak-anak juga bisa untuk orang dewasa hehe karena saya sendiri merasa rasa keingintahuan saya terhadap sesuatu tidak terlalu tinggi, kadang ada perasaan seperti menyepelekan apa yang ada di sekitar kita. Bisa jadi juga semakin banyaknya peran dalam kehidupan membuat kita tidak fokus terhadap sesuatu, dan ternyata bisa berefek lo dikehidupan kita. 

waktu kemarin ada slide yang meminta kita untuk memandangi sebuah benda dan ternyata pertanyaan yang terlontar dari mulut saya juga monoton, hanya berkutat di warna apa benda itu, mangapa bisa begitu, setelah itu kosong. Saya jadi bertanya-tanya, mengapa saya tidak terlalu kritis dalam mengamati sesuatu. ini juga terjadi ketika saya mendengarkan suatu kalimat, berita atau informasi yang berasal dari sekeliling saya. Dulu lebih parah lagi rasanya, ketika ikut seminar atau ikut internal sharing ada rasa takut saat bertanya, takut pertanyaan yang kita tanyakan terlalu mudah, tidak penting , pokoknya takut. walapun beberapa tahun belakangan saya sudah mulai mengubah kebiasaan itu dengan mendorong diri saya untuk bertanya setiap ada kesempatan untuk hadir di acara seminar atau workshop. jadi ketika mendengar materi ABC kamrin saya rasanya tidak ingin anak -anak saya punya rasa penasaran yang rendah, saya ingin mereka detail terhadap apa yang ada di sekitar mereka, agar lebih peka terhadap sekelilingnya.

ABC merupakan singkatan dari Amati, bayangkan/bertanya serta cari tahu. Bahkan dari hal kecil apapun misalnya mengamati sendok, pensil, barang barang disekitar mereka. Saya mungkin membayangkan apa yang akan dilakukan dengan kegiatan ABC ini untuk diri sendiri. contohnya adalah kehidupan bertetangga atau teman bermain saya mungkin ya :

  1. Kehidupan bertetangga kadang kala kita bingung dengan sikap personal yang ditunjukan oleh tetangga atau teman kita terutama pada zaman sekarang ini, tetapi kadang kala kita jarang berkomunikasi 1 sama lain karena kesibukan masing-masing sehingga kita menjadi tidak saling mengenal, padahal ternyata penting lo untuk membangun komunikasi dalam kehidupan sosial kita. Maka saya yang dulunya cuek dengan sikap tetangga ataupun teman, mungkin mulai berusaha untuk mengenal orang orang disekeliling saya secara umum.
  2. kadang dengan alasan tidak mau ikut campur ketika ada sesuatu yang tidak mengenakkan kita cenderung menjauh dan lebih baik tidak berurusan. sepertinya ada baiknya juga bagi saya mulai bertanya tanya, bisa mungkin dengan menyapa terlebih dahulu, menanyakan kondisinya. seperti pertanyaan pertanyaan umum lainnya, tujuannya mungkin saja dengan lebih saling mengenal, dapat mengetahui sifat sifat orang-orang disekitar kita sehingga kita bisa memaklumi jika memang ada hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitar kita atau setidaknya kita bisa membayangkan kondisinya.
  3. Seringkan kadang mendapatkan berita yang mungkin hanya di share dari mulut ke mulut yang kadang kita juga tidak tahu kebenaran berita tersebut, ada baiknya jika mendapatkan berita walaupun dari orang yang kita percaya, cari tahu kebenarannya. Jangan sampai berita sudah terlajut kita sebar ternyata salah dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya. bisa jadi menyebabkan hubungan kita dengan tetangga yang tadinya baik - baik saja tiba tiba hancur kan.

jadi yuk mari kita coba lebih dalam lagi mengamati apa yang ada di sekitar kita, bunda bunda juga bisa loo menerapkannya dalam hal yang lain, sebelum kita terapkan juga metode ini ke anak anak kita yaa 😊.


#Excercise 3 ( Origami, Seni Melipat Kertas yang Mengandung STEAM)

 

Haloo bunda bunda semua, kali ini dapat tugas untuk merefleksikan kegiatan yang paling tidak memiliki nilai STEAM, seperti yang sudah dijelaskan pada latihan pertama, STEAM merupakan metode pendekatan dalam bidang pendidikan yang mengandung sains, teknologi, enginering, art dan math. sebenarnya refleksi ini membuat saya baru menyadari ada banyak kegiatan dalam kehidupan sehari hari yang mengandung beberapa point dari STEAM atau mungkin mencakup semuanya. 

Kali ini saya akan mengangkat tentang origami. Bunda-bunda pasti sudah banyak yang tau apa itu origami, ya...origami merupakan seni melipat kertas yang mengubahnya dari selembar kertas menjadi berbagai bentuk dengan teknik lipatan yang berbeda beda. Dari dulu saya sudah senang bermain origami, semakin punya anak saya makin senang mencoba membuat origami dengan teknik lipatan yang makin marah di internet. Maklum, dulu awal mula saya mengenal origami, internet belum gampang diakses seperti sekarang, latihan berulang -ulang adalah kunci saya untuk terus bisa mengingat bagaimana agar lipatan tersebut bisa hapal diluar kepala. dulu pun saya belum mengenal konsep STEAM, jadi origami bagi saya dulunya adalah sesuatu yang keren karena bisa melipat kertas dan menghasilkan bentuk yang beraneka ragam. Karena untuk orang yang tidak mengenal origami tentu takjub melihat orang melipat kertas dengan cepat dan berubah menjadi bentuk bunga, burung, kipas, camera dan sebagainya.

Semenjak memiliki anak itu juga merupakan satu kemampuan yang senang dilihat oleh anak saya, keahlianpun bertambah, mereka senang dibuatkan burung, pesawat terbang, kapal, kodok bahkan suriken, senjata yang biasanya digunakan oleh ninja hihihii, jadi seperti membuat replika yang aman untuk digunakan oleh anak-anak. Saat membuat tugas ini saya merefleksikan kembali bagaimana saya membuat sebuah origami, ternyata origami tersebut mengandung nilai STEAM loh bunda bunda, permainan kertas sederhana ternyata mengajarkan kita banyak hal. saya akan mencoba menguraikannya ya, siapa tau menjadi refleksi untuk bunda bunda juga.

Sains : Bagaimana sains bisa ada di dalam origami ya, seni melipat yang ada di origami bisa membentuk pola pola yang beraturan, menciptakan suatu bentuk yang lebih kuat dari yang awalnya hanya selembar kertas, salah satu contohnya adalah ketika membuat origami suriken, kertas yang hanya selembar tentu tidak akan sakit jika dilemparkan ke arah kita bahkan mungkin tidak akan terlempar jauh, tapi ketika kertas tersebut dilipat membentuk suriken, maka kekuatan kertas tersebut bertambah dan menghasilkan gaya, jadi ketika dilempar , lemparan akan semakin jauh dan tentunya kan lebih sakit dibanding dengan 1 lembar kertas. Tetapi karena bahan dasarnya kertas, maka cukup aman jika dimainkan oleh anak anak. hasilnya seperti gambar dibawah ini ya :

👇

Teknologi : Teknologi yang ada saat proses pembuatan origami adalah bagaimana kita melakukan proses untuk meningkatkan suatu barang menjadi lebih berguna dan membantu kehidupan manusia. sama seperti selembar kertas yang mungkin awalnya hanya digunakan untuk menulis, tapi ternyata menjadi hal yang dapat membantu kehidupan manusia, dengan adanya origami, selembar kertas bisa menjadi replika hewan, alat , bunga dan pemanfaatannya bisa digunakan orang tua misalnya membuat replikaa burung, camera, pesawat yang bisa menjadi sarana pembelajaran bagi anak anak tanpa menggunakan alat yang berbahaya. Bahkan origami juga manjadi mini sampe dalam pemanfaatan teknologi yang lebih besar lo.

Engineering : Teknik yang digunakan dalam origami adalah teknik melipat kertas hingga membentuk sudut, lipatan yang presisi, menumpuk lipatan hingga membuat kertas tadi menjadi bentuk yang diinginkan. 


 

Art :  Seni adalah keahlian dalam membuat suatu karya sehingga menghasilkan suatu nilai mutu yang lebih pada barang, bisa dari bentuknya, keindahannya. Nah kita bisa melihat dari origami, bagaimana lipatan pada kertas dapat membentuk sesuatu yang unik, sehingga bisa menarik perhatian orang lain, origami gak hanya dipelajari oleh anak anak lo, orang dewa juga banyak yang senang bermain origami. bunda bunda juga pasti tau, origami merupakan budaya melioat kertas yang berasal dari jepang.

Math : Nah sekarang soal matematika, apakah ada juga di kegiatan membuat origami? tentu saja ada, saat melipat origami kita harus menghutung berapa lipatan yang dibuat, membentuk segitiga sama sisi atau sama kaki, kita juga harus membagi kertas dengan presisi, jadi ada banyak pelajaran matematika yang ada di origami

Nah bunda bunda itu mungkin sedikit refleksi saya terkait kegiatan membuat origami yang memiliki nilai STEAM, bunda bunda juga bisa merefleksikan banyak kegiatan lainnya dalam kehidupan kita sehari hari, selamat mencoba ya 😉.

#Excercise 2 ( Refleksi kembali Terkait HAKI)


haiiii semuaa, walaupun emang baru bisa buat tugas di waktu mendekati deadline, tapi materi sabtu kemarin cukup membekas juga ternyata, yupp materi sabtu kemarin adalah tentang HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Mungkin sebenrnya kita semua sering bersinggungan dengan hal ini, apalagi di era yang saat ini sosial media memegang peranan cukup besar dalam kehidupan kita. Kita sering banget posting, share materi kegiatan atau informasi, copy paste yang rasanya cukup cepat dilakukan dengan jentikan jari. Yang tanpa kita sadari ternyata mungkin dalam hal hal yang kita share itu adalah hasil dari pemikiran orang lain. yang tentunya dalam kehidupan kita sendiri mungkin rasanya gak nyaman banget kalau apa yang sudah kita buat dengan segala keterbatasan waktu, kemampuan sampai menghasilkan sesuatu yang mungkin bisa bermanfaat untuk kita dan orang lain tapi tiba tiba diambil tanpa seizin atau sepengetahuan kita.

kalau menurut saya sendiri , mengapa sampai orang perlu mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan HAKI adalah untuk menjaga karya yang dihasilkan berdasarkan kemampuan pikiran seseorang agar tidak disalah gunakan. Dan untuk hal tersebut mungkin ada etika tidak tertulis yang mungkin bisa juga kita gunakan ketika misalnya melihat atau mendapatkan materi dari orang lain, baik dari sumbernya secara langsung atau memang dari hasil sharing orang lain. Untuk mengingatkan diri sendiri juga, saya tulis aja ya beberapa diantaranya :
 

  1. Melihat ada tidaknya HAKI yang telah didaftarkan , sebenernya temen-temen tujuannya buka kalau tidak ada HAKI kemudian kita bisa bebas saja menggunakan, tapi untuk melihat misalnya materi tersebut apakah sebenarnya bisa kita gunakan tapi tidak untuk kepentingan komersil, apakah boleh kita ambil kemudian kita edit, atau misalnya hanya kita simpan untuk diri sendiri.
  2. Mencantumkan sumber : jika memang kita merasa bahwa suatu materi baik, tulisan, gambar atau video berguna untuk kita kemudian ingin kita sebarkan, sebagiknya cantumkan sumber darimana kita mendapatkan materi tersebut
  3. Meminta ijin : gak ada salahnya lo kalau kita mendapatkan suatu materi kita ijin ke pemilik materi tersebut misalnya untuk capture atau misalnya mau kita share
  4. Kalau misalnya kita menggunakan sosial media  biasnaya juga udah ada fitur share yang diberikan, jadi selain itu memberikan notifikasi kepada pemiliknya, orang lain yang melihat juga bisa langsung menuju laman sumber

sekian ya refleksi kita kali ini sedikit tentang HAKI, semoga kita bisa selalu menghargai karya orang lain 😃